Medan, KINCIRNEWS
Ketua Jokowi Maestro Institute (JMI) dan Sekjen Panitia Percepatan Provinsi Tapanuli (PPPT) Yonge Sihombing, SE., MBA mengatakan pertemuan Konfrensi Tingkat Tinggi Group Twenty (KTT G20) yang baru saja dilaksanakan di Bali, berhasil membuat Indonesia ‘kebanjiran’ Investasi.
Indonesia mengantongi komitmen investasi di sejumlah sektor dari rangkaian perhelatan KTT G-20. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, jumlah komitmen investasi yang telah dituangkan dalam nota kesepahaman mencapai 8 miliar dolar AS (sekitar Rp 125 triliun). Bahlil menyebut angka itu akan terus meningkat karena.
Dengan masuknya investor, kata Yonge sudah saatnya dibentuk forum investor kawasan danau toba (KDT), sehingga komitmen-komitmen yang telah disepakati oleh para investor di KTT G20 dapat ditarik ke Kawasan Danau Toba.
Salah satu, komitmen investasi yang banyak ditandatangani pada pertemuan G20 tersebut adalah investasi pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Penajam Paser dan Kartanegara.
“Karena itu, sebaiknya pemerintah kab/kota membentuk Forum Investor KDT (KDT Investor Forum). Melalui forum ini pemerintah se KDT dapat menjual wisata ke seluruh mancanegara, sekaligus menarik investor mancanegara, sebagai langkah investasi pasca terbentuknya provinsi tapanuli”, jelas Yonge founder JMI.
Lebih lanjut Yonge mengapresiasi Presiden RI Joko Widodo telah menyerahkan secara simbolis palu kepemimpinan Presidensi G20 kepada Perdana Menteri India Narendra Modi dalam sesi penutupan KTT G20 di Bali pada Rabu (16/11) lalu. Penyerahan tongkat estafet Presidensi G20 tersebut juga sekaligus menandakan berakhirnya Presidensi G20 Indonesia untuk kemudian dilanjutkan di tahun depan oleh India.
“Kesuksesan penyelenggaraan Presidensi G20 Indonesia juga telah ditandai dengan keberhasilan untuk mengadopsi dan mengesahkan Deklarasi Pimpinan G20 atau G20 Bali Leaders’ Declaration”, kata Yonge Sekjen Panitia Percepatan Provinsi Tapanuli (PPPT).
Penulis buku Jokowi Maestro, mengatakan bahwa selain Presiden Jokowi mampu mengupayakan berbagai solusi terbaik selama satu tahun kepemimpinan di tengah berbagai krisis dan tantangan baru yang muncul, rangkaian kegiatan Presidensi G20 Indonesia juga mampu memberi dampak positif untuk perekonomian nasional. Salah satunya ditunjukkan dengan laju ekonomi nasional pada dua kuartal terakhir yang tumbuh impresif dan peningkatan PDRB pada sejumlah kota tempat penyelenggaraan event G20 tersebut.
Sejak awal rangkaian kegiatan kata Yonge, Presidensi G20 Indonesia pada Desember 2021, Pemerintah Pusat selalu berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah, pelaku usaha, masyarakat, dan seluruh stakeholder, baik dari sisi penyelenggaraan maupun substansi.
“Hal ini turut menjadi penyokong utama keberhasilan penyelenggaraan seluruh rangkaian acara Presidensi G20 Indonesia hingga berjalan sukses dan lancar hingga sesi penutupan”, kata Yonge.
Lebih lanjut papar Yonge, sebelum KTT G20 dilangsungkan pada 15-16 November 2022, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bersama dengan Kementerian Luar Negeri telah berhasil mengadakan Sherpa Meeting ke-4 di InterContinental Bali Resort, Bali, pada 11-14 November 2022. Pertemuan yang dihadiri seluruh Delegasi Sherpa G20 dan perwakilan organisasi internasional tersebut berhasil menyusun draft Leaders’ Declaration dari sisi Sherpa Track, yang tentu menjadi bagian sangat penting dalam G20 Bali Leaders’ Declaration.
Sherpa Meeting ke-4 pada 11 November 2022 lalu, dibuka dengan Sunset Welcome Reception di Sunset Bar Lawn, InterContinental Bali Resort, Bali. Para undangan dijamu dengan konsep“Nusantara Culinary Journey” yang membawa para delegasi berkeliling Indonesia melalui beragam hidangan yang disajikan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang hadir secara virtual dalam gelaran tersebut, menyambut seluruh peserta serta sekaligus mengungkapkan apresiasi atas kerja keras dan keinginan kuat seluruh Delegasi Sherpa G20 untuk secara bersama-sama mencapai konsensus dalam penyusunandraft Leaders’ Declaration.
Outcome Document yang dihasilkan Presidensi G20 Indonesia kata Yonge, tentunya memiliki peran yang sangat penting karena akan menjadi preseden bagi Presidensi G20 berikutnya yang dipegang India. Ditambah pula dengan kondisi di mana anggota Troika G20 berikutnya terdiri dari negara berkembang yakni Indonesia, India, dan Brazil. Dalam Sherpa Meeting ke-4 tersebut, seluruh Delegasi Sherpa G20 terlihat berkomitmen kuat untuk secara utuh menghasilkan Outcome Document.
“Saya bersyukur, terharu, dan bangga atas keberhasilan Indonesia dan Presiden Jokowi menyelenggarakan seluruh agenda G20 yang sangat padat, dengan beragam topik diskusi, dan temuan solusi baru yang dihasilkan demi pemulihan ekonomi Indonesia dan dunia”, kata Yonge.
Tepat sehari sebelum KTT G20 dimulai, kata Yonge, Menko Airlangga mewakili Presiden Joko Widodo membuka B20 Summit dan juga membuka secara resmi L20 Summit, guna memberikan arahan dan dukungannya terhadap pengembangan dunia bisnis dan ketenagakerjaan global. Menko Airlangga menekankan bahwa kerja sama yang baik antara sektor publik dan swasta akan menjadi kunci kebangkitan ekonomi pasca pandemi, namun juga harus tetap diiringi dengan inklusivitas dan perlindungan bagi semua tenaga kerja.
Yonge mengatakan, seusai acara penutupan KTT G20, Rabu (16/11), Menko Airlangga menyampaikan beberapa hal terkait transisi energi dan transformasi digital. Untuk menyokong keberhasilan transisi energi. Menko Airlangga menyebutkan bahwa Pemerintah Amerika Serikat telah meluncurkan Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII) yang berkomitmen akan menginvestasikan total dana sebesar USD600 miliar dalam bentuk pinjaman dan hibah untuk proyekninfrastruktur berkelanjutan bagi negara berkembang. Hal ini juga sejalan dengan komitmen Indonesia dalam membangun perekonomian masa depan yang rendah karbon, dengan tetap juga melindungi ekosistem darat dan laut.
Di dalamnya ada yang diinisiasi oleh Jepang yakni Just Energy Transition Partnership (JETP), kita juga sudah diberi komitmen sebesar USD20 miliar. Hal ini tentu akan mendorong percepatan dekarbonisasi di Indonesia.
Lebih lanjut, kata Yonge, Menko Airlangga mengungkapkan bahwa Indonesia mengapresiasi pencapaian dalam pembahasan isu transformasi digital karena hal tersebut sejalan dengan Keketuaan Indonesia di ASEAN pada tahun 2023.
Menelisik kembali seluruh upaya dan kerja keras dalam mengupayakan seluruh negara di dunia secara bersama-sama untuk mampu keluar dari berbagai krisis dan tantangan melalui Forum G20 lanjut Yonge, Menko Airlangga menyatakan bahwa Presidensi G20 Indonesia terbilang tidak mudah untuk dilaksanakan, karena dimulai ketika pandemi Covid-19 yang masih berlangsung ditambah konflik Rusia dan Ukraina. Bahkan, dapat dikatakan Presidensi G20 Indonesia, khususnya KTT G20 Bali merupakan Presidensi G20 terbesar sepanjang sejarah.
Akhirnya, kami dari Jokowi Maestro Institute (JMI) dan Panitia Percepatan Provinsi Tapanuli (PPPT) menyampaikan ucapan selamat kepada Presiden Jokowi, Ketua Panitia Penyelenggara KTT G20 Bapak Luhut Binsar Pandjaitan, seluruh peserta KTT G20, masyarakat Bali dan Indonesia. Kiranya, Indonesia semakin maju dan unggul serta menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi dunia.(Louis)